Pekan lalu publik dikejutkan dengan penemuan jajanan anak-anak berupa ‘Kotak Kado’. Penemuan itu lantas ramai dibicarakan di media sosial dan menjadi perhatian banyak pihak karena dalam satu kardus tersebut berisi satu kemasan plastik susu dengan wadah mirip kondom.
Penemuan tersebut tentu meresahkan masyarakat terutama orang tua yang memiliki anak usia sekolah. Pasalnya dijual di lingkungan sekolah dan anak-anak banyak tertarik membeli jajanan tersebut karena dikemas menggunakan gambar menarik seperti Angry Birds, Putri Elsa dan Anna atau tokoh BoBoiBoy.
Lingkungan sekolah memang menjadi lahan ‘baik’ bagi para tukang jualan untuk menjajakan ‘produknya’ untuk anak-anak. Sementara anak belum banyak memahami tentang bahaya mengonsumsi jajanan yang dijual di lingkungan sekolah.
Persoalan penjual jajajan di lingkungan sekolah memang belum sepenuhnya bisa teratasi. Menurut ahli nutrisi, Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum, banyak kesulitan untuk menyasar penjual jajanan di lingkungan luar sekolah.
”Mereka katanya cari uang, ya sah-sah saja orang mau jualan. Tapi kita bisa batasi dengan cara anak-anak kita didik, orang tua juga, kantin sekolah juga dibina dengan baik,” kata dokter yang akrab disapa dr Yen ini ditemui di Dr. Tan Wellbeing Clinics & Remanlay Special Needs Health, kawasan BSD, Tangerang Selatan.
Didikan yang dimaksud yakni secara bertahap anak didik mendapat optimalisasi pengetahuan kesehatan sejak usia sekolah dini hingga remaja, sesuai dengan daya nalarnya. ”Dengan demikian baik nalar maupun perilaku kritis sudah diperkenalkan. Jadi kita tidak perlu repot menggusur penjaja makanan tidak sehat di depan sekolah,” jelas dr Yen.
”Dengan modal pengetahuan dan perilaku kritis, anak didik tidak akan mau lagi membeli apa yang tidak dibutuhkan tubuhnya, apalagi terlalu berbahaya untuk dikonsumsi dalam jangka panjang,” tambahnya lagi.
Menurut dr Yen, tanpa harus ditakut-takuti, pada prinsipnya anak sudah memahami tentang kandungan makanan sehat. Karena dari makanan yang dikonsumsinya akan mempengaruhi prestasi pendidikan.
”Anak pasti terpapar dengan lingkungannya, tapi disini peran orang tua untuk terus membimbingnya. Nggak apa-apa dia mau jajan yang ada, tapi setelah itu kita lihat akibatnya. Kalau prestasinya nggak bagus, nanti dia akan minder sendiri. Kalau dia sudah merasa hal itu akan mengganggu prestasinya, dia tidak akan tertarik lagi untuk jajan di pinggir jalan,” kata dr Yen.
Untuk mencapai hal tersebut, tentu harus ada kerja sama baik antara orang tua dan pengelola sekolah. Misalnya saja, sekolah membina kantinnya dengan menyajikan makanan sehat dan seimbang.
Dengan begitu, orang tua tidak lagi membekali anaknya ke sekolah dengan makanan, tapi anak bisa langsung mengonsumsi makanan sehat dari kantin sekolah.
”Kantin sekolah daripada menjual bakso, coba ajarkan membuat makanan sehat, misalnya bikin lemper pakai ikan tuna dicincang, ajarkan membuat tekwan berbahan ikan, sajikan dengan nasi untuk makan siang. Masih banyak menu asali bangsa Indonesia yang sangat bermanfaat untuk anak-anak kita,” pungkasnya.