Saat melihat seseorang yang tampak canggung dan tidak bisa berinteraksi dengan orang lain, kata yang terpikir oleh Anda mungkin adalah sifat pemalu. Tidak jarang, pada situasi yang sama, orang tersebut dianggap sebagai ansos (antisosial).
Padahal, pemalu dan antisosial adalah dua hal yang sangat berbeda. Sehingga, penggunaan istilah kata pemalu dan antisosial secara bergantian dengan makna yang sama, sebenarnya kurang tepat.
Kenali perbedaan pemalu dan antisosial pada anak
Rasa malu adalah bagian dari sifat, kepribadian, atau keadaan emosional seseorang. Sifat pemalu tidaklah masuk ke dalam kondisi yang bisa didiagnosis. Rasa malu juga sebenarnya tidak berkaitan dengan kondisi psikologis seperti gangguan kecemasan atau kepribadian introvert.
Seorang anak dengan sifat pemalu, akan cenderung canggung ketika berada di situasi sosial, seperti bertemu dengan banyak orang. Ia juga akan merasa khawatir dan tegang, ketika harus berinteraksi dengan orang lain. Orang yang pemalu juga umumnya merasa khawatir akan penilaian orang lain terhadap dirinya.
Sementara itu, antisosial adalah suatu gangguan kepribadian yang dicirikan dengan penderitanya tidak peduli hal yang benar dan salah serta tidak memperdulikan perasaan orang lain. Kondisi ini sering juga disebut sebagai sociopathy.
Orang dengan gangguan kepribadian antisosial, memiliki perilaku yang bisa dibilang, berbanding terbalik dengan orang pemalu, seperti:
- Tidak peduli dampak perilakunya
- Sering berbohong untuk memanipulasi orang lain
- Sering bersikap kurang baik terhadap orang lain
- Menggunakan daya tarik atau selera humornya untuk memanipulasi orang lain, guna mendapatkan keuntungan pribadi
- Memiliki sifat yang arogan
- Tidak memiliki rasa empati terhadap kesulitan yang dialami orang lain
- Tidak merasa bersalah atau menyesal setelah menyakiti orang lain
- Tidak memikirkan konsekuensi atas hal negatif yang mereka lakukan
Sifat pemalu tidak termasuk kondisi yang bisa didiagnosis secara medis. Sementara itu, gangguan kepribadian antisosial, dapat didiagnosis secara medis. Namun, antisosial tidak bisa dijadikan diagnosis pada anak.
Pada anak dengan kecenderungan perilaku yang serupa, seperti tidak bisa menunjukan empati dan kepedulian terhadap orang lain, umumnya akan memperoleh diagnosis conduct disorder.
Lakukan hal ini jika anak punya kecenderungan serupa gangguan antisosial
Meski anak tidak dapat didiagnosis memiliki gangguan antisosial, tapi pada conduct disorder yang memiliki ciri serupa dengan kondisi ini, ada beberapa penanganan yang bisa dilakukan.
Kondisi ini tidak bisa dibiarkan maupun dipandang sebelah mata, sebagai kenakalan anak semata. Sama seperti gangguan antisosial, conduct disorder juga bisa membuat penderitanya berperilaku kriminal, termasuk mencuri atau merusak barang orang lain.
Anak dengan conduct disorder juga bisa menjadi pelaku bullying, bersikap kasar, berkelahi secara fisik, dan jahat pada sesama teman atau binatang, serta suka berbohong. Anak yang menunjukkan perilaku-perilaku seperti ini, harus melalui pemeriksaan menyeluruh oleh ahli kejiwaan.
Selain itu, anak dengan perilaku tersebut juga bisa jadi mengalami gangguan kepribadian lain, seperti post-traumatic stress disorder (PTSD), gangguan kecemasan, atau mood disorders. Sehingga, orangtua sebaiknya segera mendampingi anak untuk menjalani perawatan sedini mungkin.
Perawatan untuk gangguan kepribadian membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga, semakin cepat dimulai, maka kemungkinan keberhasilan perawatannya juga akan semakin baik.