Anda mungkin pernah tidak sengaja mendengar si kecil bercerita pada teman-temannya jika ia pergi ke Disneyland dan bertemu dengan tokoh-tokoh Disney seperti Mickey Mouse, Donald Duck atau yang lain, tapi kenyataannya anak tidak pernah berlibur ke Disneyland atau apapun yang anak ceritakan pada teman-temannya.
Jika mendapati anak bercerita seperti itu, jangan terburu-buru memberi label pembohong pada buah hati Anda. Jangan-jangan itu adalah caranya berimajinasi. Tapi, bagaimana jika ia benar-benar sedang melakukan kebohongan? Bagaimana cara membedakan anak berbohong dan berimajinasi?
Apa yang disampaikan anak Anda kepada temannya kemungkinan besar bukanlah tindakan berbohong. Melainkan pengembangan imajinasi yang ada di kepala anak balita. Perlu Anda ketahui, anak usia balita belum bisa membedakan dunia imajinasi dengan kenyataan sebenarnya.
Pada usia kanak-kanak, imajinasi apa saja dapat dikembangkan dalam bentuk apa saja. Tanpa diduga, seorang anak akan mampu berbicara atau mengeluarkan ide fantastis melebihi orang dewasa. Semua yang pernah dilihat atau didengarnya bisa dikembangkan sesukanya tanpa perlu diberi tahu apakah itu benar atau salah.
Oleh karena itu, perlu sikap yang bijak dari orangtua untuk memahami si anak. Sebab, apabila orangtua tidak mau mengerti, yang ada hanyalah sikap menyalahkan si anak. Jika ini terus berlangsung, hasilnya malah dapat mematahkan semangatnya untuk berimajinasi dan berkreasi.
Bagaimana cara membedakan anak berbohong atau hanya sedang berimajinasi?
1. Perhatikan ekspresi wajah anak
Disari dari Livestrong, hal pertama yang bisa Anda lakukan untuk membedakan anak berbohong atau berimajinasi, lihatlah ekspresi wajah anak. Anak-anak yang mengatakan kebenaran atau hal yang jujur memiliki wajah santai yang biasanya menunjukkan emosi yang sesuai dengan apa yang anak katakan.
Jika seorang anak berbohong, bagaimanapun wajah atau gerak-gerik tubuhnya akan menunjukkan kecemasan karena kebohongan yang telah ia buat.
2. Mendengarkan cerita anak
Untuk mengetahui anak berbohong atau berimajinasi, dengarkan baik-baik apa yang anak Anda katakan. Bisa saja Anda akan mendengar cerita yang tidak masuk akal dan terdengar tidak dapat dipercaya.
Jika Anda mencurigai anak berbohong, mintalah si kecil untuk mengulangi apa yang baru saja dia katakan kepada Anda. Cerita jujur yang diceritakan dua kali berturut-turut biasanya akan sama. Namun jika si kecil bercerita bohong, cerita yang kedua mungkin akan berubah-ubah dan tidak sama dengan cerita pertamanya.
3. Cerita bohong akan terdengar lebih kaku
Pastikan apakah cerita anak Anda terdengar seperti terlatih atau spontan begitu saja. Anak-anak yang berkata jujur akan lancar bercerita, ceritanya akan terdengar seperti ‘baru’ bagi Anda atau pengulangan cerita yang ‘dibumbui’ daya imajinasinya dari peristiwa sebenarnya.
Hal ini berbeda jika anak berbohong. Kebohongan yang dilakukan si kecil mungkin akan terdengar kaku dan terlatih. Beberapa anak bahkan mungkin mengulangi kalimat yang sama persis saat menceritakan sebuah cerita yang dilatih untuk kedua kalinya.
4. Perhatikan bahasa tubuh anak
Perhatikan bahasa tubuh anak Anda. Seorang anak berbohong lebih cenderung tampak gugup, terus membela ceritanya bahwa itu benar dan terus merasa takut. Lihatlah apakah bahu si kecil terlihat membungkuk, tubuh atau wajahnya kaku, berulang kali menyentuh hidung atau mulut dan berusaha menghindari kontak mata. Jika iya, kemungkinan besar anak Anda sedang berbohong.
Sebenarnya, ada beberapa anak yang merasa cemas saat berbicara dengan orang dewasa tidak peduli apa yang mereka katakan itu bohong atau benar. Sementara anak-anak yang lain bisa berbicara dengan nyaman kepada orang dewasa. Namun, seorang anak yang gugup ketika menceritakan sebuah cerita tertentu, baik kepada orang dewasa atau teman sebayanya mungkin saja anak itu sedang berbohong.
Apa yang harus dilakukan?
Langkah terbaik bagi orangtua ialah membimbing dan membenarkan ucapan si anak apabila ada pemikirannya yang keliru. Anda bisa ‘meluruskan’ ceritanya, pendekatan dengan penjelasan baik-baik seperti ini biasanya berhasil mengarahkan imajinasi anak-anak yang kerap keluar dari ‘jalur kebenaran’.
Bohong seperti ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan, apalagi sampai dimarahi. Justru sebaliknya, karena takut dimarahi, seringkali menjadi penyebab anak-anak suka berbohong pada orangtuanya. Kecenderungan ingin mendapat rasa aman pada diri anak balita membuat mereka menciptakan perlindungan diri dengan cara berbohong.
Selain tidak boleh marah, memperbanyak diskusi dengan anak merupakan jalan yang tepat guna membuka komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Jangan pernah sekali-kali menganggap anak-anak bodoh dan belum bisa berpikir seperti kita. Jika Anda sering mengajaknya berbincang, bersiaplah mendapatkan ide-ide yang tidak pernah Anda duga sebelumnya.
Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Malas Belajar
Ikuti berbagai akun media sosial kami untuk mendapatkan berbagai info menarik seputar dunia parenting anak dan pendidikan anak.
Instagram ACI Offline : @ayocerdas_id
Instagram ACI Online : @ayocerdas_online
Youtube : Ayo Cerdas Indonesia