Punya anak aktif bertanya? Cobalah untuk selalu menjawabnya. Karena jika tidak, lama kelamaan anak akan berhenti bertanya. Hal tersebut tentu akan berdampak buruk untuk anak.
Menurut Dra. Dewi Surianti, Psi, psikolog dari Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, Jakarta, anak mulai usia 1,6 tahun memiliki kemampuan menggabungkan kata-kata.
Di usia itu juga anak gemar berbicara dan selalu bertanya. Anak akan senang mendapat tanggapan dari pertanyaan yang diajukan meskipun sebenarnya dia tak memahami arti atau maksud dari jawaban orang tua.
Biasanya anak bertanya berdasarkan segala hal yang dilihatnya, bukan sesuatu yang ada dalam pikirannya. Beranjak besar, pertanyaan itu akan lebih berkembang dan bermacam-macam.
Pada umumnya pertanyaan anak bersifat sederhana dan mudah, sehingga menjawabnya pun cukup dengan jawaban sederhana, mudah dan apa adanya.
”Katakan saja apa yang ingin diketahuinya. Cepat atau lambat anak akan bertanya kembali. Berikan jawaban dengan mempertimbangkan tingkat pemahaman atau perkembangan intelektual anak,” kata Dra. Dewi Surianti, Psi.
Jika kesulitan memberikan jawaban, katakan yang sebenarnya pada anak. ”Misalnya bilang, mama tidak tahu, nanti mama tanyakan dulu pada papa atau baca buku ya. Jawab apa yang kita bisa dengan kata-kata dan bahasa yang sederhana dan dimengerti anak,” jelasnya.
Hindari sikap diam dan tidak menjawab pertanyaan anak. ”Jangan juga menyepelekan pertanyaan anak. Orang tua harus menyediakan waktu untuk menjawab, jangan hanya diam saja. Bila tidak bisa bicara dengan kata-kata yang bagus, maka jawablah dengan menggunakan hati,” tambahnya.
Hindari juga menjawab pertanyaan sambil lalu. Karena hal tersebut dapat membuat anak merasa bahwa orang tuanya kurang tertarik dengan pertanyaannya.
Hindari juga menangguhkan penjelasan atau mengalihkan perhatian anak terhadap hal lain. ”Dia akan bingung dan heran, kenapa orang tuanya tidak bersedia menjawab pertanyaannya. Jawablah dengan jawaban yang wajar dan sederhana, bisa juga dengan perumpamaan atau menggunakan gambar-gambar,” tambahnya.