Dalam mendidik si Kecil, setiap orangtua pasti punya metodenya masing-masing, termasuk Mama. Nggak diragukan lagi, hal ini dilakukan karena Mama ingin memberikan yang terbaik untuk si Kecil.
Sayangnya, nggak banyak Mama yang sadar kalau ternyata ada beberapa hal yang dilakukan selama ini bisa berpotensi memberikan dampak buruk untuk perkembangan si Kecil. Nggak mau ‘kan jadi sedih karena melihat si Kecil mengalami hal-hal yang di luar dugaan kita? Duh, jangan sampai deh.
- Beda ya antara protektif dan overprotective
“Jangan lari-larian ya”, “jangan sentuh, itu kotor”, “jangan hujan-hujanan”. Apakah Mama termasuk ibu yang sering mengatakan tiga kalimat tadi? Sebagai seorang Mama yang protektif dengan anaknya, sesekali memang si Kecil perlu diperingatkan tentang hal-hal yang ada di sekitarnya.
Tapi jika ini dilakukan secara berlebihan, Mama perlu tahu nih hal tersebut sudah termasuk overprotective lho. Dampaknya, si Kecil bisa tumbuh menjadi anak yang punya ketergantungan tinggi kepada orangtuanya. Ini bisa saja terjadi lho Ma!
- Terlalu fokus dengan hasil dari setiap hal yang dikerjakan si Kecil
Mungkin terkadang, Mama masih sering melihat hasil dibandingkan proses ketika si Kecil melakukan suatu hal. Tapi mulai dari sekarang, cobalah untuk berjanji pada diri sendiri untuk mengurangi kebiasaan tersebut, apalagi ketika Mama mengatakan “harusnya kamu tadi itu begini atau begitu”. Bisa-bisa, si Kecil malah jadi kecewa.
Percaya deh Ma, mereka pasti ingin diucapkan sempurna dari mulut Mama secara langsung. Pujian yang semacam ini yang justru bisa memotivasinya menjadi lebih baik lagi.
- Membanding-bandingkan si Kecil dengan masa kanak-kanak Mama
Mulai sekarang berhenti membandingkan perilaku si Kecil dengan anak-anak di zaman Mama. Apalagi setiap generasi terlahir dengan karakteristik mereka masing-masing, begitu pun juga dengan si Kecil yang masuk ke dalam kategori generasi alfa.
Mama nggak mau ‘kan si Kecil justru tumbuh dengan cara hidup orang di generasi sebelumnya dan kurang bisa beradaptasi dengan dunianya? Lagi pula, membanding-bandingkan seperti itu justru bisa membuat Mama lebih lelah. Nggak akan ada habisnya!
- Mama memang tahu yang terbaik, tapi bukan dengan memaksakan kehendak
Pasti sudah pernah mendengar istilah “mama knows best” dong? Sesuai dengan bunyinya, hal tersebut pasti karena Mama selalu mengusahakan yang terbaik untuk si Kecil, apa pun kondisinya. Nah, tapi karena hal tersebut bukan berarti Mama jadi tertutup dengan keinginan si Kecil ya, Ma. Karena ada waktunya Mama juga harus mendengar apa yang dikeluhkan dan diinginkan si Kecil.
- Terlalu paranoid saat si Kecil mencoba hal-hal baru
Selalu ada pengalaman pertama untuk si Kecil, misalnya pertama kali ia ikuti traveling bahkan saat pertama kali ia mulai ikut kelompok bermain. Mama perlu mendukungnya untuk terus mengeksplor hal-hal yang ada di sekitarnya tanpa memberikan batas yang membuatnya tidak bebas bergerak, asalkan tetap pastikan ia selalu ada dalam pantauan Mama ya. Hal seperti ini penting lho, Ma untuk membentuk sifat resilient kepada si Kecil yang notabene lahir sebagai generasi alfa.
Resilient merupakan kemampuan untuk menghadapi tantangan dan mempunyai hasrat untuk bangkit atau tidak menyerah saat ia menemukan kegagalan. Nah, karakter resilient pada ini bukan karakter turunan lho, artinya ini merupakan karakter yang diperoleh si Kecil selama proses tumbuh kembangnya. Karakter resilient bisa Mama temukan pada si Kecil yang berani, percaya diri dan bertanggung jawab.
Saat si Kecil beranjak dewasa, cerdas saja nggak cukup, Ma. si Kecil juga harus punya karakter resilient yang akan membuatnya siap menghadapi masa depan. Untuk membesarkan si Kecil dengan karakter ini, Mama perlu mendukung tumbuh kembangnya nih. Untuk merealisasikannya, Mama perlu Omega 3&6 yang membantu stimulus daya pikir si Kecil dan FOS GOS 1:9 yang bantu ketahanan tubuhnya. Formula penting ini bisa Mama temukan dalam Nutrilon Royal yang akan mendukung setiap pertumbuhannya.