Terungkapnya banyak kasus pedofilia atau pelecehen seksual terhadap anak di bawah umur, membuka mata kita, bahwa anak-anak kita terancam para pedofil yang nampaknya ada di mana-mana.
Dari beberapa hasil pemeriksaan oleh kepolisian, terungkap, para pedofil tidak sembarang memilih anak-anak yang akan dijadikan korbannya. Mereka memilih anak-anak dengan sikap dan perilaku tertentu yang menurut mereka gampang diperdayai. Dalam beberapa kasus, pelaku pedofilia sering kali berasal dari orang-orang terdekat kita, orang-orang terdekat anak kita—entah di rumah atau di sekolah.
Ada beberapa tipe anak yang kerap menjadi sasaran pedofilia:
Anak Dianggap Sebagai “Anak Emas”
Memang membanggakan jika anak kita diapresiasi dan diistimewakan oleh guru, pelatih, atau pembimbing di sekolah atau di tempat kursus atau di lingkungan rumah karena punya bakat dan prestasi. Namun hal ini bisa menjadi peringatan utama bagi orang tua. “Pelaku biasanya menggiring anak dengan memisahkannya dari anak-anak lain, sehingga membuatnya merasa istimewa,” kata Char Rivette, direktur pelaksana Chicago Children’s Advocacy Center. Menurutnya, pendidik profesional biasanya tidak akan menunjukkan sikap pilih kasih.
Anak Diajak Bertemu Berdua Saja
Begitu seorang pedofilia memisahkan anak tertentu, langkah berikutnya adalah membuat anak tersebut berdua saja dengannya. Pelaku biasanya menyarankan sesi belajar secara privat, olahraga berdua, atau bahkan mengajak menginap dengan berbagai alasan. Meskipun anak terlihat begitu bersemangat, jangan biarkan ia berdua saja dengan orang dewasa selain orang tuanya.
Ada Riwayat Penganiayaan Seksual Dalam Keluarga
Menurut Rivette, jika ada riwayat penganiayaan sêkšual di keluarga, seorang anak kemungkinan besar juga akan menjadi korban. Artinya, anak mudah jadi korban pedofilia bila dalam riwayat keluarga juga sudah yang pernah menjadi korban.
Anak Yatim atau Piatu
Banyak pelaku pelecehan seksuãl pada anak mengincar anak-anak dari ibu atau bapak tunggal terutama ibu. Biasanya, para ibu yang tidak didampingi suami tidak mengkhawatirkan figur pria dalam kehidupan mereka (di mana 95 persen dari pelaku adalah pria). Pria-pria ini juga mengambil keuntungan dari kenyataan bahwa ibu tunggal biasanya kurang punya waktu, dan kemungkinan besar akan menerima tawaran dari orang lain yang ingin membantu atau mengasuh anaknya.
Anak Diajak Menginap
Sebagai orang tua, Anda mungkin biasa mendapat ajakan menginap dari keluarga teman anak Anda. Tetapi Rivette memeringatkan bahwa orang tua seharusnya tidak meremehkan di mana dan apa yang dilakukan anak-anak pada malam hari. “Jangan ijinkan anak menginap kecuali Anda mengenal keluarga itu dengan baik, dan sudah pernah berkunjung ke rumahnya beberapa kali. Tanyakan siapa persisnya yang akan ada di sana, dan apa yang akan mereka lakukan. Mungkin akan ada yang menganggap Anda aneh, tapi percayai insting Anda,” katanya.