Memulihkan Trauma pada Anak (Bag. I)

Memulihkan Trauma pada Anak (Bag. I)

Trauma adalah kerusakan yang terjadi pada kondisi mental seseorang akibat suatu peristiwa yang pernah ia alami sebelumya. Biasanya trauma terjadi pada masa lampau, dan hal itu akan terus dialami sebelum trauma tersebut disembuhkan. Maka dari itu sebelum trauma semakin memperburuk kondisi mental, maka penanganan yang cepat dan tepat perlu diperhatikan oleh setiap anggota keluarga.

Setelah mengetahui hal tersebut, pastinya Mama tidak menginginkan hal itu terjadi pada anak mama, bukan?

Tenang, Mama tidak perlu khawatir akan trauma berkepanjangan yang dialami oleh anak mama, karena dengan penanganan yang tepat, ia dapat kembali ceria seperti sedia kala. Dengan kesabaran dan ketulusan hati mama, trauma yang dialaminya dapat berangsur-angsur hilang.

Nah, ini dia penjelasan mengenai langkah yang harus Mama lakukan untuk memulihkan trauma yang dialami oleh anak mama. Simak baik-baik ya, Ma!

  1. Mencari sumber trauma

Mama tidak 24 jam mendampingi anak mama. Mungkin sekali ia mengalami trauma saat Mama tidak di dekatnya. Misalnya, ketika di sekolah ia di-bully temannya.

Mama bisa melihat perubahan sikap anak mama setelah mengalami trauma. Anak yang biasanya ceria, mungkin menjadi rewel dan pendiam. Atau anak yang tenang, mungkin jadi pemarah.

Di saat-saat seperti ini mungkin Mama agak kesulitan untuk mengorek informasi dari mereka, namun tidak perlu khawatir, karena cepat atau lambat, anak mama akan memberitahukan masalah yang menimpanya kepada Mama.  Tapi, ada syaratnya agar anak terbuka. Mama harus melakukan pendekatan yang benar.

Seperti yang diungkapkan oleh Sharon Stanley, Ph.D., penulis Relational and Body-Centered Practices for Healing Trauma: Lifting the Burdens of the Past, untuk membantu seseorang yang mengalami peristiwa traumatis, Mama harus tenang dan selaras dengan anak mama.

Posisikan diri Mama menjadi teman yang nyaman untuk diajak curhat dan jangan membuat kesan memaksa. Pendekatan ini bisa membuat anak dengan senang hati menceritakan masalahnya kepada Mama.

Bersikaplah tenang dan sabar, jika Mama menunjukan emosi marah atau emosi negatif lainnya, anak mama mungkin akan semakin trauma.

  • Jadilah pendengar yang baik

Bukan hanya orang dewasa saja yang senang untuk didengar, anak mama pun merasa sangat senang jika Mama dapat mendengarkan cerita yang mereka coba untuk utarakan.

Bukan hanya akan mendapatkan informasi yang harus Mama ketahui dari anak, dengan menjadi pendengar yang baik maka Mama juga dapat mempererat hubungan Mama dengannya. Kelak, ia akan dengan senang hati menceritakan segalanya kepada Mama tanpa harus Mama tanyakan.

Dari lansiran laman Psychology Today, Mama dapat memulainya dengan merasakan pengalaman mereka saat Mama melihat wajah, mata, dan postur tubuh anak mama. Mama bisa mengasah empati somatik yang Mama miliki, yaitu semacam kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan anak mama saat ini

  • Berikan solusi berupa contoh yang mudah dipahami

Setelah mengatahui dengan detail mengenai penyebab trauma, yang harus Mama lakukan selanjutnya adalah tarik napas, menenangkan diri, lalu berikan solusi terbaik.

Mama dapat memberikan solusi berupa perumpamaan yang mudah dipahami oleh anak, namun tetap dapat menyelesaikan keresahan yang ia rasakan.

Seperti yang dikutip pada laman Psychology Today, Mama bisa membimbing anak mama dalam kegiatan sederhana yang dapat membantu mereka merasa aman, tenang, dan terkendali.

Jangan biarkan mereka tidak paham mengenai apa yang Mama sampaikan. Untuk memastikannya, Mama tidak perlu ragu untuk bertanya kepadanya, apakah mereka memahami solusi yang Mama berikan atau tidak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.