Mengasuh Anak Dengan Kasih, Bukan Emosi

Mengasuh Anak Dengan Kasih, Bukan Emosi

Emosi negatif dapat berpotensi merusak struktur otak anak. Padahal 90 persen otak berkembang pesat pada saat anak berusia di bawah 7 tahun. Oleh sebab itu orang tua harus terus belajar mengasuh anak tanpa emosi.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Bidang Pendidikan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE KK) Ratna Megawangi, “Banyak orang tua yang sibuk dengan gadget, handphone, sibuk berkirim email, dan  berbicara tanpa melihat mata anak,”.

Orang tua adalah arsitek otak anak. Sikap dan perilaku anak mencerminkan bagaimana ia dididik dan diasuh orang tuanya. Keberhasilan anak di masa depan juga sangat dipengaruhi faktor pengasuhan orang tua.

Orang tua harus sabar mengasuh dan mendidik anak. Sebab, berdasarkan survei Save The Children, sebanyak 93% anak mengalami kekerasan di rumah dan sekolah. Selain itu, survei dari Federasi Kesehatan Mental Indonesia (FEKMI) menyebutkan mayoritas remaja beranggapan bahwa orang tua cenderung otoriter.

Sejumlah tips praktis yang dapat dilakukan para orang tua untuk mengasuh anak yakni.

Pertama, jangan mudah marah,  dan kendalikan emosi semaksimal mungkin dalam mengasuh anak.

Kedua, perbanyak senyuman, pelukan, tatap mata anak, dan usap kepala anak dengan penuh cinta.

Ketiga, biarkan anak bermain. Jangan paksa ia untuk membaca, menulis, berhitung, apalagi disertai ancaman dan amarah.

Anak yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang ceria dapat tumbuh menjadi anak yang berkarakter.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.