Menyiapkan Anak Masuk Sekolah

Menyiapkan Anak Masuk Sekolah

Mental anak perlu dipersiapkan sebelum dia masuk ke sekolah. Apa saja langkahnya?

Pertama, sering-seringlah mengajak anak berkunjung ke lingkungan di luar rumah. Tujuannya agar anak terbiasa dengan lingkungan yang ada, misalnya diajak ke pasar, warung atau ke tetangga sekitar.

”Dorong anak Anda berkenalan dan minta ia memerhatikan kegiatan yang sedang dilakukan di pasar atau warung,” kata psikolog anak, Puji Lestari Prianto, M.Psi, seperti dikutip dari modul PAUD, Kemdikbud.

Kedua, perbanyak komunikasi dengan anak. Misalnya, tanya tentang kegiatan selama satu hari. Hargailah setiap jawaban anak. Hindari pertanyaan yang diajukan bertubi-tubi, karena akan membuat anak kesal dan akhirnya tidak mau bercerita.

Ketiga, berkunjunglah ke sekolah dasar (SD) dekat rumah atau SD yang akan dituju kelak. Berkenalanlah dengan guru-guru di sana. Hal ini berguna, agar anak tidak malu dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Keempat, ajak anak menyalurkan kegiatan fisik secara terarah, seperti berlari, memanjat pohon, atau meniti trotoar di pinggir jalan.

Kelima, perbanyak kegiatan yang menunjang perkembangan motorik halus, seperti bermain tanah liat, membuat tulisan di atas pasir atau tepung dengan menggunakan jari tangan, membantu ibu memeras santan dan lain sebagainya.

Jangan lupa, tanamkan tanggung jawab dan kemandirian pada anak. ”Misalnya, selesai makan, mintalah agar anak langsung membawa piring  ke dapur, atau mintalah ia membereskan mainan setiap kali selesai bermain,” kata Puji.

Pada awalnya, ibu dan ayah memberi contoh, kemudian mereka melakukan bersama anak, selanjutnya biarkan anak melakukan sendiri. ”Sehingga lama kelamaan, anak akan terbiasa dan tidak selalu minta tolong ibu dan ayah maupun orang dewasa lainnya,” kata Puji. 

Keenam, ciptakan kondisi belajar sambil bermain, sehingga anak berpendapat bahwa belajar itu menyenangkan.

Ketujuh, hargai setiap karya anak. Ungkapan pujian untuk anak dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada anak.

Hindari sikap menyalahkan, karena hal itu akan mengecilkan hati anak dan membuat anak tidak merasa dihargai hasil karyanya, sehingga anak ogah berkarya lagi.

Kedelapan, cobalah selalu menjawab setiap pertanyaan anak. Jika ibu dan ayah tidak tahu, katakanlah secara terus terang dan segera mencari jawabannya.

Terakhir, ayah ibu boleh memperkenalkan anak dengan kegiatan menulis, membaca dan berhitung untuk membantu perkembangan kemampuan dasar anak. Lakukan kegiatan tersebut secara menyenangkan dan sambil bermain.

Hal-hal yang Harus Dihindari:

  1. Memaksa anak belajar menulis, membaca, atau berhitung di saat anak belum siap.
  2. Menuntut terlalu tinggi pada anak. Misalnya, anak harus bisa menulis dengan rapi, sehingga jika terjadi kesalahan, anak harus menghapus dan mengulangnya kembali sampai betul.
  3. Menyempurnakan hasil karya anak, karena ayah dan ibu tidak puas dengan hasil karya anak. Cara ini sungguh tidak bijak, karena dapat membuat anak menjadi kecil hati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.