Mimpi Buruk, Anak Sekolah Terlalu Dini

Mimpi Buruk, Anak Sekolah Terlalu Dini

Beberapa anak usia dini mungkin tidak menunjukkan reaksi tertentu saat sekolah. Beberapa yang lain bisa saja menunjukkan reaksi tertentu. Misalnya sering ngompol walaupun sudah tidak pernah mengompol selama beberapa bulan, sulit tidur di malam hari, dan lebih melekat pada orangtua di siang hari. 

Banyak studi yang menemukan fakta bahwa, anak-anak yang berusia terlalu dini bisa saja stres. Beberapa stres tersebut disebabkan karena anak berada di lingkungan asing. Misalnya, penitipan anak (children daycare) atau setingkat TK dan KB (kelompok belajar).

Studi dari Norwegian University of Science, menemukan fakta bahwa anak-anak yang berada di daycare memiliki hormon kortisol lebih tinggi sekitar 25% di pagi hari. Sedangkan saat mereka kembali ke rumah di sore hari, hormon tersebut menurun.

Hormon kortisol juga disebut “hormon stres”. Semakin banyak hormon ini diproduksi oleh tubuh. Maka semakin tinggi stres seseorang. Menurut penelitian tersebut, anak-anak yang berada di lingkungan asing lebih dari 8 jam, mengalami lebih banyak stres.

Banyak diantara orangtua yang bertanya, kenapa anak bisa stres? Padahal di sekolah anak bertemu dengan teman sebayanya. Anak bahkan bisa bermain-main dengan teman-temannya.

Prof May Britt Drugli dari Norwegian University of Science menjelaskan alasan dibaliknya. Menurut Prof. Drugli, anak-anak yang masih sangat kecil belum memiliki kemampuan bahasa dan kemampuan bersosialisasi dengan banyak orang, termasuk dengan teman-teman sebayanya. Ia menegaskan, hal inilah yang menyebabkan mereka stres, karena mereka merindukan orang tua.

Hal yang sama juga dikatakan oleh dosen PG Paud UKSW, Melita Rahardjo, M. Teach (EC) pada School of Parenting. Menurut Melita, anak yang berusia 3 tahun akan sulit membangun kelekatan dengan teman-teman sebayanya. Hal ini karena perkembangan sosial, emosi dan bahasa anak tersebut dan teman-teman sebayanya belum ‘mumpuni’. Sehingga anak merasa kurang nyaman dan aman. 

Melita menambahkan, bahwa tahapan bermain anak berusia dini yaitu “parallel play” (bermain sendiri) dan belum masuk ke tahap bermain “sosial play” (bermain bersama teman). Sehingga anak bisa saja mengalami kesulitan saat bermain dengan teman sebayanya.

Ciri Anak yang Mengalami Stres di Usia Dini

Anak yang mengalami stres memiliki perilaku yang berubah diluar kebiasaan. Misalnya anak mengompol, perubahan pola tidur, mimpi buruk, mengisap jempol, dan memutar-mutar rambut. Selain itu, anak yang mengalami stres juga bisa menunjukkan gejala fisik, seperti sakit perut dan sakit kepala.

Perubahan pun bisa terjadi saat anak berada di sekolah. Misalnya anak jadi menyendiri dan tidak mau bermain dengan teman-teman sebaya. Beberapa anak lain juga menjadi sulit berkonsentrasi dan tidak mampu menyelesaikan tugas sekolah dengan baik.

Cara Mengatasi

Pilih Waktu Yang Tepat Anak Bersekolah

Pemilihan waktu yang tepat untuk memasukkan anak ke sekolah formal sangat penting. Sebaiknya Parents melihat kesiapan anak masuk sekolah. Kesiapan anak untuk masuk ke sekolah formal bukan hanya dilihat dari usia anak tersebut. Namun yang lebih penting adalah perkembangan sosial emosional anak. Termasuk kemampuannya dalam berbahasa.

Observasi Respon Anak Pada Lingkungan Baru

Sebaiknya, orangtua mulai mengobservasi respon anak pada lingkungan baru. Cara nya dengan menanyakan pada anak tentang lingkungan barunya. Misalnya, “Tadi adek main apa ya di TK? Mama mau tau dong?” Saat anak merespon pertanyaan tersebut dengan menceritakan secara positif. Maka anak boleh dikatakan sudah siap berada dilingkungan yang baru.

Kurangi Waktu Sekolah atau Penitipan Anak

Jika anak masih menunjukkan gejala stres selama 3 minggu. Sebaiknya Parents mengurangi waktu sekolahnya atau mengurangi waktu anak di penitipan anak. Menurut psikolog anak, Emma Citron, dari citronpsychology.co.uk beberapa anak membutuhkan waktu yang berbeda untuk berada di lingkungan baru.

Cobalah untuk memasukkan anak di TK/KB/Children Daycare pada hari-hari tertentu saja. Selebihnya, biarkan anak berada di rumah dekat dengan orangtua atau anggota keluarga lain yang memang sudah terbiasa dengan anak.

Percayalah Pada Intuisi Orangtua

Sebaiknya mulai percaya pada intuisi Anda. Jika Parents mulai melihat anak mengalami perubahan perilaku ke arah yang cenderung negatif dan Parents merasa ia tertekan atau tidak nyaman setelah jangka waktu tertentu masuk TK/KB/Children Daycare, sebaiknya anda pikirkan kembali keputusan untuk menempatkan anak di lingkungan baru. 

Beri Lebih Banyak Pelukan dan Ciuman Pada Anak

Pelukan dan ciuman pada anak bisa membantu anak mengurangi stres dan membantu anak menghadapi hari-harinya. Sebaiknya sering-sering lah memeluk anak dan menciumnya. Hal ini juga bermanfaat untuk membuat anak rileks dan tenang.

Setiap anak memang memiliki kesiapan yang berbeda dalam menghadapi lingkungan yang baru. Termasuk kesiapannya untuk masuk TK, KB atau penitipan anak. Sebaiknya gunakan waktu Parents untuk mengobservasi kesiapan anak. Usahakan tidak memasukkan anak di TK, KB atau penitipan anak hanya karena ikut-ikutan orangtua lain atau sekedar tekanan lingkungan. Ingat, kesehatan mental anak sama pentingnya dengan kesehatan fisiknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.