Di masa tumbuh-kembangnya, anak perlu melakukan gerak fisik yang aktif dan diimbangi dengan istirahat yang cukup. Untuk anak usia sekolah dasar (6-12 tahun), durasi tidur yang direkomendasikan sekitar sembilan hingga 11 jam atau pada batas normalnya sekitar 7-8 jam per hari.
Dengan durasi tidur yang disebutkan di atas, anak seharusnya mendapat cukup energi untuk mengembalikan kebugarannya. Tetapi, ada kondisi-kondisi tertentu di mana anak tampak selalu lelah, bahkan jatuh tertidur tiba-tiba di waktu dan tempat yang tidak semestinya. Jika anak Mama mengalami hal ini, bisa jadi ia mengidap narkolepsi.
Apa itu Narkolepsi?
Dilansir dari clevelandclinic.org, narkolepsi merupakan kondisi kantuk berlebihan yang sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Pada anak-anak, hal ini bisa mempengaruhi fungsi sosial dan akademiknya. Anak dengan narkolepsi akan mengalami hal-hal berikut ini:
- Kantuk berlebihan di siang hari,
- menjadi hiperaktif karena berusaha untuk tetap bangun,
- tertidur di waktu dan lokasi yang tidak biasa karena serangan tidur tiba-tiba.
Tanda-tanda Narkolepsi pada Anak
Ada 6 tanda narkolepsi pada anak, yaitu:
- Kantuk berlebihan di siang hari
Ini merupakan tanda pertama anak mengalami narkolepsi. Mereka merasa lelah sepanjang waktu dan bisa jatuh tertidur di tengah percakapan atau saat makan.
- Cataplexy
Cataplexy adalah hilangnya kontrol otot tiba-tiba dan singkat yang dipicu oleh stres atau emosi yang kuat, seperti tertawa, marah, cemas atau terkejut. Cataplexy muncul lewat gejala-gejala ringan, seperti lutut lemas atau ambruk tiba-tiba. Meski tidak menyerang pernapasan, tetapi bisa saja anak tersedak jika serangan muncul.
- Kelumpuhan tidur
Kelumpuhan tidur adalah kehilangan kontrol otot secara singkat, baik ketika jatuh tertidur atau bangun. Seseorang yang mengalami kelumpuhan tidur merasa tidak dapat bergerak atau pun berbicara, walau ia dalam kondisi sadar akan lingkungan di sekitarnya.
- Halusinasi hypnagogic
Mereka yang mengalami halusinasi hypnagogic mengalami mimpi buruk yang sulit dibedakan dari kenyataan. Mimpi ini seringkali berwujud gambar, suara binatang atau pencuri yang aneh dan menakutkan. Halusinasi hypnagogic merupakan kombinasi antara kelumpuhan tidur dan bagian dari intrusi mimpi (REM) ke kesadaran yang akhirnya menyebabkan narkolepsi.
- Gangguan tidur di malam hari
Kontras dengan kantuk berlebihan sepanjang hari, penderita narkolepsi akan mengalami kesulitan tidur di malam hari dan berulangkali terbangun dari tidur.
- Perilaku otomatis yang berulang
Terus melakukan tugas-tugas rutin tanpa kesadaran atau ingatan mengapa melakukannya. Misalnya: menulis, mengerjakan pekerjaan rumah, menyapu, dan lain-lain. Anak-anak dan remaja dengan narkolepsi bisa mengalami hilang ingatan, kurang konsentrasi, motivasi rendah, lesu dan sulit mengimbangi akademis dan kehidupan sosial rekan sebayanya. Hal ini dapat pula mengarahkan pada tindakan penyalahgunaan zat dan depresi.
Diagnosis Narkolepsi
Narkolepsi pada anak dapat didiagnosis melalui lima tahapan, yaitu:
- Pemeriksaan fisik dan rekam medis untuk melihat kemungkinan adanya kondisi medis yang menyebabkan gangguan tidur ini.
- Dokter akan meminta anak menjalani tes dengan tidur di lab selama semalam. Tes ini disebut polysomnogram, untuk memantau siklus dan perilaku tidur.
- Keesokan harinya, anak akan menjalani tes multiple sleep latency yang menggambarkan evaluasi pola tidur anak per dua jam di siang hari.
- Mengambil cairan tulang belakang dan tes genetik untuk kasus special
Perawatan Medis untuk Narkolepsi Hingga kini, belum ada obat khusus untuk narkolepsi. Namun, ada perawatan untuk membantu mengelola gejalanya agar individu yang mengalami gangguan dapat menjalani kehidupan normal. Perawatan ini biasanya melibatkan pendekatan tiga cabang: obat-obatan, modifikasi perilaku dan edukasi.
Anak yang mengidap narkolepsi sebaiknya tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung kafein, seperti teh, cola, minuman berenergi, kopi atau pun cokelat. Selain itu, anak harus menaati jam tidur yang sudah diatur beserta durasi tidur yang sudah ditentukan. Di tengah hari, ia bisa tidur siang singkat satu atau dua kali.
Anak dengan narkolepsi sebaiknya menghindari kegiatan yang berisiko bagi kesehatan atau pun nyawa orang lain maupun diri sendiri. Misalnya: menyetir, berenang, memasak dan sebagainya. Diperlukan juga kegiatan untuk menghindari aktivitas repetitif yang membosankan.
Yang tak kalah penting adalah mengedukasi orang terdekat, keluarga, guru dan mereka yang sering berhubungan dengan anak agar mengetahui kondisi yang diidapnya. Ini perlu dilakukan untuk menghindari persepsi negatif yang timbul, misalnya anggapan bahwa anak malas, tidak mau aktif dalam kegiatan dan sengaja mencari-cari alasan. Dukung anak selama masa terapi agar ia tetap percaya diri dapat memiliki kehidupan normal yang baik.