Bertahan Dari Rengekan Si Kecil

Bertahan Dari Rengekan Si Kecil

Hampir semua orangtua pasti mengalami fase Si Kecil merengek. Pasti banyak Ayah dan Bunda setuju bila merengek adalah salah satu kebiasaan atau perilaku anak yang sangat menyebalkan. Umumnya, fase merengek mencapai puncaknya pada usia 4 tahun tetapi jika tidak ditangani dengan benar, hal ini bisa akan berlanjut hingga Si Kecil masuk ke dalam kelompok usia sekolah.

Awalnya merengek merupakan bentuk komunikasi verbal Si Kecil karena ia belum mampu berkomunikasi dengan baik. Tujuan ia merengak adalah untuk mendapatkan perhatian Ayah, Bunda, atau orang yang ada di sekelilingnya. Nah, tidak heran, kan, kalau rengekannya akan semakin menjadi jika Ayah dan Bunda mengabaikannya?

Pada saat awal Si Kecil merengek, biasanya di usia 1-2 tahun, alasan ia melakukan hal tersebut adalah karena keterbatasan komunikasi. Namun, lama kelamaan ia mempelajari suatu pola di mana jika ia merengek, maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Dan cara ini biasanya sangat ampuh. Betul, kan, Bunda? Hal inilah yang harus dicegah, rengekan menjadi senjata Si Kecil.   

Adakah cara efektif untuk menghentikan kebiasaan merengek Si Kecil? Ayah dan Bunda bisa terapkan beberapa kiat berikut yang disusun oleh Michele Borba, Ed.D, penulis buku The Big Book of Parenting Solutions:

Jangan beri toleransi saat Si Kecil merengek

Cara paling tepat untuk menghentikan perilaku ini adalah dengan tidak mendengarkan permintaan Si Kecil kecuali ia mengatakannya dengan nada baik dan sopan. Bunda bisa mengatakan ini padanya, “Kakak bisa bilang Kakak ingin apa dengan baik-baik ke Bunda.” Lalu Bunda dapat mengacuhkannya sedikit sampai ia menggunakan nada bicara yang baik dan sopan. Saat Si Kecil menghentikan rengekannya dan mengubah nada bicaranya, sambut momen itu dengan berkata, “Nah, sekarang Bunda baru mau dengarkan Kakak. Apa yang bisa Bunda bantu?”

Biasanya rengekan akan berhenti saat Si Kecil menyadari keinginannya tidak akan terpenuhi kecuali ia mau mengikuti syarat Bunda. Artinya kunci melakukan hal tersebut adalah konsisten.

Contohkan nada bicara yang benar

Saat Bunda dan Si Kecil sedang santai, cobalah berkomunikasi dengannya mengenai cara meminta yang baik. Contohkan perbedaan antara nada merengek dan nada meminta yang sopan. Ajak ia untuk mempraktikkannya juga.

Hargai usahanya dalam menghentikan rengekan

Mengubah kebiasaan tidaklah mudah, merengek salah satunya. Jadi, pastikan Bunda menghargai usahanya, sekecil apa pun, dalam mengubah nada bicara. Bunda bisa mengatakan, “Ah, itu lebih baik. Lain kali, bicara dengan nada baik seperti ini, ya.”

Siapkan konsekuensi untuk perilaku merengek Si Kecil

Apabila Bunda sudah menerapkan poin 1 dengan konsisten tetapi Si Kecil tetap saja merengek untuk menyampaikan keinginannya, berarti ini waktunya Bunda mendiskusikan konsekuensi untuk dirinya. Kemudian, jalani konsekuensi tersebut pada waktunya. Misalnya: Si Kecil merengek saat Bunda sedang mengendarai mobil.

Segera pinggirkan mobil dan katakan padanya bahwa Bunda tidak akan melanjutkan perjalanan sampai ia mengubah cara bicaranya. Jangan tunda waktu mengoreksi perilaku Si Kecil. Konsekuensi harus segera diberikan kapan pun dan di mana pun pelanggaran dilakukan. 

Sempatkan untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama Si Kecil. Ayah dan Bunda dapat mengajaknya bermain atau membaca buku bersama di rumah. Saat saat itulah percakapan mengenai apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan dapat tercipta. Si Kecil akan lebih mudah memahami apa yang dimaksud dan diinginkan Ayah dan Bunda. Selain itu, hal ini juga dapat mempererat kembali hubungan antara orangtua dengan anak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.