Dalam kasus bullying secara fisik, pelaku berusaha untuk mendominasi seseorang secara fisik. Dalam berbagai kasus, bullying yang menimpa remaja dan anak-anak, hal fisik yang dilakukan bisa berupa menendang, mememukuli, dan kekerasan fisik lain yang membuat korban takut pada pelaku dan menuruti apa yang pelaku inginkan.
Berikut adalah beberapa tanda-tanda bullying pada remaja yang perlu diperhatikan orangtua:
- Perubahan sikap seperti jadi tidak minat makan, pendiam, dan mudah tersinggung.
- Anak tidak pernah membicarakan soal pertemanannya di sekolah atau marah ketika Anda menanyakannya.
- Mengalami gangguan tidur seperti tidur larut malam atau bahkan tidak tidur sama sekali.
- Menarik diri dari pergaulan serta muncul ketakutan terhadap lawan jenis.
- Menjadi sangat protektif terhadap alat-alat elektronik yang dimilikinya seperti ponsel atau komputer.
- Nilai mata pelajaran perlahan menurun.
- Terjadi krisis percaya diri serta gaya berpakaian berubah.
- Timbul luka memar di wajah, tangan, punggung, dan bagian tubuh lainnya secara tiba-tiba.
Nah sebagai orang tua, bagaimana cara kita menenangkan anak yang menjadi korban bullying?
1. Lakukan Pendekatan
Meski ada beberapa bukti Moms temukan, Moms masih perlu validasi yang jelas jika anak menjadi korban bullying. Pendekatan perlu Moms lakukan untuk menggali informasi secara langsung tentang siapa yang mem-bully dan jenis perundungan seperti apa yang anak alami.
Moms bisa mulai pembicaraan saat sedang santai, contohnya ketika menonton televisi. Jika ada berita tentang perundungan, ajak anak untuk berdiskusi dan tanyakan apakah Si Kecil pernah melihat atau mengalami hal tersebut?
Saat Si Kecil mengakuinya, berusahalah untuk netral dan berikan kenyamanan agar anak dapat bercerita lebih jauh.
2. Laporkan Ke Sekolah
Moms tidak perlu meminta izin kepada anak untuk melapor ke pihak sekolah. Mengutip dari Victoria Store Government, anak-anak yang ditindas sering sekali merasa takut dan khawatir bahwa melaporkan perundungan pada pihak manapun akan memperburuk masalah.
Solusinya, buatlah pertemuan antar orang tua, yakni Moms dan orang tua anak yang mem-bully, lalu bicarakan hal tersebut secara baik-baik dan upayakan pemantauan lebih lanjut yang melibatkan pihak sekolah untuk bisa melaporkan setiap gerak-gerik Si Kecil di sekolah.
Untuk memberikan efek jera kepada anak yang suka mem-bully, biarkan pihak sekolah memberikan sanksi yang sesuai.
3. Memastikan Keamanan
Moms pun pasti paham, kebiasaan anak yang suka mem-bully tidak bisa dihilangkan dalam sekejap. Melaporkan jika anak menjadi korban bullying ke sekolah saja belum cukup. Moms wajib memastikan keamanan Si Kecil di sekolah agar terhindar dari penindasan yang lebih parah.
Pihak sekolah tidak bisa memantau 100%, sehingga Moms bisa melakukan beberapa tindakan seperti meminta izin ke sekolah untuk melakukan video call di setiap jam istirahat atau bisa menjemput Si Kecil lebih awal.
4. Sarankan untuk Tidak Membalas
Jangan membangkitkan sifat balas dendam kepada Si Kecil ya, Moms. Bagaimana pun, jangan menyuruh anak untuk membalas tindakan yang diterimanya seperti balik mengejek atau memukul.
Tanamkan bahwa kekerasan bukanlah cara yang tepat untuk menunjukkan kekuatan. Berikan afirmasi positif pada anak bahwa memaafkan jauh lebih terpuji daripada balas dendam.
5. Pulihkan Trauma
Jika anak menjadi korban bullying sudah pasti akan mengalami trauma psikologis seperti rasa takut bergaul dengan teman sebaya, merasa sedih, tertekan, atau takut saat jalan sendirian. Moms harus paham, butuh waktu untuk memulihkan kembali kondisi psikologis anak seperti semula.
Bila perlu, Moms bisa melakukan terapi khusus ke psikolog, atau bantu Si Kecil pulihkan trauma dengan memastikan bahwa Moms akan selalu ada untuk dirinya. Buatlah kegiatan baru di lingkungan yang lebih positif, seperti memasukkan Si Kecil ke sanggar kesenian atau klub olahraga.