PENTINGNYA INFORMASI DALAM STIMULASI BERPIKIR ANAK USIA DINI

Oleh : Ustadzah Yanti Tanjung

Masih ingatkah dengan kisah Nabi Musa yang diberi bara api oleh Firaun ketika dia menemukan Musa bayi di Sungai?

Firaun melakukan hal tersebut karena dia percaya pada mimpinya bahwa akan ada seorang laki-laki yang akan meruntuhkan kekuasaannya. Oleh sebab itu, Firaun ingin membunuhnya. Namun, Aisiyah membujuk suaminya agar Musa bayi dipelihara oleh mereka karena mereka tidak memiliki anak.

Untuk membuktikan bahwa Musa bayi adalah anak yang lemah, yang tidak mungkin meruntuhkan kekuasaan Firaun, Aisiyah menyarankan kepada suaminya untuk memberikan bara api dan melihat apa yang akan terjadi. Ya…Musa bayi memakan bara api tersebut.

🙈 Begitulah anak yang usianya dibawah sepuluh bulan, diberikan kotoran pun akan dia makan.

👩🏻‍🏫 Pastinya saat ananda mulai mengenal benda-benda di sekelilingnya, Bunda akan memberikan informasi yang benar agar ananda bisa membedakan, mana yang makanan mana yang tidak.

🤩 Bila di bawah usia satu tahun ini ananda bisa membedakan, sebenarnya belumlah terjadi proses berpikir karena otak anak belum bisa mengaitkan fakta dengan informasi yang diberikan. Hal itu lebih kepada kemampuan mengingat kembali penginderaan yang diulang-ulang.

Dalam melakukan stimulasi berpikir pada anak usia dini tidak wajib dimulai dari anak menemukan fakta atau realitas. Namun, bisa diawali dari informasi. Setelah itu, ketika anak menemukan sebuah fakta yang sama dengan yang diinformasikan, maka barulah ia bisa memahami. Ia paham karena hasil dari pengaitan informasi dengan fakta yang ditemuinya.

Misalkan: hukum memakai jilbab adalah wajib bagi seorang muslimah saat keluar rumah. Ini berasal dari informasi Al Quran bukan dari penginderaan.

📌 Penting sekali bagi para orangtua, khususnya
urgensi pengaitan antara informasi yang diberikan terlebih dahulu dengan fakta. Hal ini bertujuan agar ada suatu proses ketrampilan berpikir mengaitkan, yang disebut dengan quwwatirrobthi (kekuatan mengikat).

Bila fase ini diabaikan, maka kita bisa lihat betapa banyak anak-anak yang lamban berpikirnya, dangkal, kurang informasi bahkan salah informasi. Perilaku yang muncul sulit dimotivasi, harus diulang-ulang terus dan disuruh-suruh terus untuk taat pada Allah ketika usianya sudah baligh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.