Orang tua sudah seharusnya mengajarkan anak-anaknya yang masih berusia dini untuk meminta maaf secara tulus. Hal itu akan membantu si anak membangun karakternya menjadi lebih baik.
Dilansir dari laman Parents.com, Jumat, 10 Juni 2016, mengajarkan anak untuk meminta maaf secara tulus sangat penting agar ia memahami tindakan yang dilakukan pada orang lain dan belajar untuk tidak mengulanginya lagi.
Namun, jangan terburu-buru menyuruh si anak meminta maaf setelah melakukan kesalahan, saat si anak masih dalam situasi marah dan kecewa. Biarkan anak tenang terlebih dahulu.
“Jika orangtua memaksa anak meminta maaf di tengah situasi dimana dirinya masih kecewa, si kecil tidak akan memahami bahwa apa yang ia lakukan kepada orang lain akan berdampak buruk,” ujar psikolog dari Kirk Neurobehavioral Health, Kolorado, Jennifer Kirk, Psy.D.
Saat suasana hati si anak sudah tenang, mulailah mengajarkan rasa empati pada si kecil, yakni merasakan dan menghargai perasaan orang lain atas tindakan yang telah ia lakukan. Biarkan ia merasakan, bagaimana rasanya jika ia berada di posisi orang lain itu.
Nah, jika orang tua yang jadi korban kesalahan si anak, jangan langsung dimarahi, apalagi dengan berteriak, melainkan ucapkan kalimat yang membuatnya merasakan apa yang Anda rasakan seperti, “Hal itu menyakiti hati ibu. Ibu sayang kamu, ayo coba kita sama-sama merenung.”
Semua orang tahu, anak adalah peniru yang ulung. Ia akan meniru dan mengikuti bagaimana cara orangtua menyelesaikan masalah dengan dirinya. Berikan contoh bijaksana yang baik di depan si kecil.
Bila ia bertindak kurang baik pada temannya, tanyakan padanya, bagaimana agar dapat mengubah rasa sedih yang telah ia lakukan tersebut. Mungkinkah dengan memberi temannya pelukan, atau berbagi permainan menyenangkan. Hal ini bisa menjadi salah satu tindakan untuk meminta maaf tanpa si kecil mengucapkan maaf.
Bila si anak dengan sadar meminta maaf pada temannya atau pada anda, berikan apresiasi.