Gajah adalah hewan yang hidup dalam kelompok keluarga dan terdiri dari satu gajah betina dan anak-anaknya. Atau terdiri dari beberapa gajah betina yang berkerabat beserta anak-anak mereka. Sedangkan gajah jantan akan hidup jauh dari kelompok setelah masa pubertas.
Setelah mengamati kehidupan gajah, khususnya gajah betina dengan kelompok, kerabat dan anak-anaknya,Priyanka Sharma-Shindhar dari The Atlantic terinspirasi untuk mengaitkannya dengan kehidupan manusia khususnya dalam dunia parenting.
Menurutnya, ibu gajah sama seperti kebanyakan Ibu di dunia ini yang memiliki peran penting dalam mengasuh, merawat, menjaga dan mendidik anak-anaknya. Saat bayi gajah dalam bahaya, Ibu dan kerabat yang lain akan mengelilinginya. Tak jarang,ibu gajah mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan anak-anak dari buruan predator. Perhatian dan perlindungan yang diberikan ibu gajah kepada anak-anaknya sama seperti perhatian dan kasih sayang Ibu manusia di dunia ini.
Di dalam kehidupan sosial, gajah juga membangun jaringan yang cukup erat dengan keluarga dan anggota komunitas lainnya. Sebagai makhluk yang hidup berkelompok, ibu gajah akan terus berusaha melakukan apa yang mereka bisa untuk meningkatkan komunitas mereka. Ibu Gajah akan berkontribusi pada kebaikan komunitasnya dan membangun kelompok yang solid, sehingga bisa menguntungkan banyak pihak.
Satu ibu gajah bahkan menawarkan pertolongan bagi ibu Gajah lainnya saat mereka merasa kesulitan mengasuh anaknya. ibu gajah tidak menyimpan naluri keibuan hanya untuk anak-anak mereka sendiri. Ia membaginya dengan anggota komunitas lainnya.
Mengasuh anak layaknya ibu gajah memberikan anak-anak gajah kesempatan untuk selalu berada dekat dengan ibu Gajah di awal perkembangannya. Sama seperti manusia, ibu gajah juga melatih anak-anak berjalan, menolong mereka saat terjatuh atau terjebak di dalam lumpur, menjemput anak-anak saat tersesat, memandikan anak-anak dengan belalainya yang panjang, bahkan membelai mereka dengan belalainya.
Walaupun terlihat cukup dekat dan protektif pada anak-anak, ibu gajah akan membiarkan anak-anak terpeleset, atau terjatuh. Namun, di saat yang sama ibu gajah akan menolong mereka. Ibu gajah akan terus memberi dukungan pada semua aktivitas anak-anak dan akan selalu membuat anak-anak merasa nyaman tanpa memaksakan kehendak. Dengan kata lain,ibu gajah akan selalu ada selama anak-anak membutuhkan.
Pola asuh seperti “Ibu Gajah” ini memberikan anak-anak kesempatan untuk menikmati masa kecilnya dengan bahagia. Pola asuh ini juga menerapkan aturan yang cukup longgar bagi anak-anak. Sehingga anak-anak akan tetap seperti anak-anak tanpa memaksanya menjadi lebih dewasa di umurnya yang masih belia. Tak hanya itu, mengasuh anak layaknya “Ibu Gajah” akan membuat anak lebih dekat dengan orangtua dan menghindarkan anak dan orangtua dari konflik.
Namun, sebagian orang justru kurang setuju dengan pola asuh seperti ini. Menurut mereka yang kontra, pola asuh seperti “Ibu Gajah” ini sama seperti pola asuh permisif atau pola asuh dengan menganggap anak sebagai teman. Melalui pola asuh “Ibu Gajah” ini, orang tua akan sering berada di dekat anak dan cenderung membuat anak bergantung padanya. Dengan begitu, anak-anak akan sulit untuk mandiri.
Apapun pola asuh yang diterapkan pada anak, tujuannya tetap sama yaitu merawat dan membesarkan anak menjadi pribadi yang baik dengan penuh cinta. Penerapan pola asuh sebenarnya bisa saling dicocokan satu sama lain. Anda tidak harus selalu berpatokan mengasuh anak seperti “Ibu Gajah”. Dalam beberapa situasi Parents bisa mencocokan pola asuh tersebut dengan pola asuh lainnya yang sesuai dengan kondisi keluarga dan kebutuhan anak.